Rabu, 12 September 2012

Si gadis penjual koran

Diposting oleh Amanda Khairunnisa di 03.16
Terdengar jelas suara ayam yang berkokok dipagi hari. Membangunkan ku dari mimpi indah. Namaku Desi. Aku seorang gadis yang berusia 12 Tahun. Yang tinggal bersama kedua orang adikku. Ayahku baru saja meninggal 2 tahun yang lalu, karena kecelakan waktu dia sedang mencari nafkah untuk keluargaku. Dan ibuku pergi meninggalkan aku dan adik-adikku, setelah 6 bulan kepergian ayahku. Kami tinggal disebuah pemukiman kumuh tepat di tengah kota jakarta. 

Aku dan adik-adikku sudah berhenti sekolah semenjak kepergian ibuku, karena aku tak mampu untuk membayar uang sekolah yang sangat mahal. Sebenarnya dalam hati kecilku ingin sekali aku kembali bersekolah seperti teman-temanku yang usia sama denganku. Mungkin itu hanyalah sebuah khayalanku yang tak akan pernah terwujud.

Aku berjalan dari rumah menuju tempatku bekerja. Aku mengambil beberapa lembaran koran untukku jual. Di tengah keramaian kota yang penuh dengan kendaraan. Dengan suaraku yang nyaring aku menawarkan koran dari tiap mobil ke mobil. Terik matahari yang melekat ditubuh ini dan polusi adalah temanku saat aku bekerja. Terkadang aku berfikir, pekerjaan ini sangat berat dan bahaya untuk seorang gadis berumur 12tahun sepertiku. Tapi aku tak tahu harus mencari uang dengan cara apalagi, selain aku menjual koran. Koran-koranku habis terjual. Hasil yang aku dapatkan tidak sesuai dengan tenaga yang aku keluarkan, Tapi aku tetap bersyukur, karena masih bisa membeli makan untukku dan adik-adikku dirumah.

Sehabisku bekerja aku sering kali menyempatkan diriku pergi ke sebuah sekolah dasar, tidak jauh dari rumahku. Langkah kakiku menyelusuri setiap ruangan yang ada di sekolah itu. Tibalah aku di depan sebuah ruangan. Yang didalamnya adalah seorang guru dengan murid-murid yang lagi asik mendengarkan. Tak lama kemudian aku mengeluarkan sebuah kertas dan pulpen didalam kantung celanaku. Aku selalu mencatat apa yang guru itu sedang terangkan tiap harinya. Dalam hati kecil ini, sering kali mengatakan, " Tuhan kapan aku bisa berada disana dengan mereka yang seumuran denganku? Aku ingin sekali duduk di bangku depan guru dan kedepan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu."

Bel di sekolahan itu pun berbunyi. Pertanda waktu pembelajaran sudah selesai. Aku pun bergegas kembali menuju ke rumah, dengan menenteng sebuah bungkusan nasi dan lauk pauk untuk adik-adikku. Dari kejauhan terlihat mereka sedang menunggu kepulanganku. Adikku yang paling kecil berlari menyamperinku dan langsung memelukku. Aku sangat beruntung masih mempunyai mereka. Mereka adalah anugrah terindah dari Tuhan yang aku miliki saat ini.


Dari seseorang gadis penjual koran




0 komentar:

Posting Komentar

 

Mandaaa blogger♥ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review