Sebulan Setelah Kepergianmu.

Tak ada lagi seseorang yang selalu mengusap air mataku ketika ku menangis. Tak ada lagi seseorang yang mengajari ku tentang arti kedewasaan. Tak ada lagi pesan singkat yang selalu membuat ku merasa senang setiap membacanya. Semuanya terasa semu dan sangat berbeda semenjak kepergianmu.

Dulu kamu adalah seseorang yang aku sayang. Kamu yang selalu membuat hari-hariku tampak lebih berwarna. Aku selalu membanggakanmu di depan semua orang. Dan kamu membuat aku percaya kamu yang lebih baik dari mereka. Namun, kenyataannya aku salah. Kamu hanya seseorang yang membuat air mata ini jatuh membasahi wajahku dan membuat hatiku terasa perih akan tingkah lakumu.

Apa semua itu balasanmu untukku? Apa dengan cara menyakitiku bisa membuatmu bahagia? Hanya dua pertanyaan itu yang selalu ada didalam benak ini.

Perlahan aku membuka mata dan terbangun dari rasa sakit yang kamu berikan untukku. Awalnya aku tak yakin aku mampu melupakan semua kejadian perih yang ku alami ini. Namun, orang-orang di sekelilingku memberiku semangat dan meyakinkanku ada yang lebih baik dari mu.

Ternyata, hari berlalu dengan sangat cepat. Sudah sebulan kepergianmu. Setelah perpisahan itu, hari-hari yang ku lalui masih sama. Aku masih mengerjakan rutinitasku seperti aku bersamamu dulu. Dan aku mulai berusaha mencari penggantimu. Mereka berlalu-lalang, datang dan pergi, ada yang berdiam lama-lama, dan ada yang sudah menyatakan cintanya kepadaku. 

Entah.. Mengapa aku masih takut untuk memulai hubungan yang baru lagi. Aku takut mereka hanya menyakitiku sama seperti yang apa yang kamu lakukan dulu. Aku takut air mata ini jatuh untuk kesekian kalinya. Aku takut mereka tak benar-benar menyayangiku. Terlalu banyak ketakukan di dalam diriku.

Dari  seseorang yang masih trauma akan masa lalu